Senin, 17 September 2012

ISIM DITINJAU DARI SEGI BUN-YATI (JENIS HURUF)

Isim ditinjau dari segi bun-yati atau jenis huruf terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.                   Isim shohih akhir, dan
2.                   Isim ghair shahih
Isim shohih akhir ialah isim yang seluruh hurufnya memiliki harokat dan berbunyi secara normal, atau bisa dikatakan huruf akhir dalam isim tersebut bukan huruf illat. Contoh: رَجُلٌ, ذَكَرٌ
Dalam isim shahih ada pula yang di sebut dengan isim syibhu shahih akhir, yaitu apabila ada huruf illat namun sebelumnya ada huruf yang berharokat sukun, seperti: ظِبْيٌ, هَدْيٌ.
Sedangkan isim ghair shahih akhir ialah isim yang terdapat padanya huruf illat. Isim ghair shahih akhir terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1.       الاسم المقصور (isim maqshur)
2.       الاسم المنقوص (isim manqush)
3.       الاسم ممدود (isim mamdud)
Isim Maqshur
Isim maqshur ialah semua isim mu’rob yang huruf akhirnya adalah huruf alif laajimah ashliyah. Isim maqshur ada yang ditulis dengan alif seperti:  العَصَا, dan ada pula yang ditulis dengan ya’ seperti: مُوْسَى.
Namun alif yang terdapat dalam isim maqshur tidak selamanya alif lajimah ashliyah, adakalanya alif tersebut alif manqalibah (pengganti) dan kadang-kadang alif majîdah (tambahan).
Alif pengganti terbagi kepada 2, yaitu pengganti dari و dan pengganti dari  ي. Alif pengganti dari و digambarkan dengan ا (alif).  Contoh alif sebagai pengganti dari و: العَصَا. Dan alif sebagai pengganti dari ي digambarkan dengan ى. Contoh alif sebagai pengganti dari ي : الفَتَى. Hal ini dapat diketahui bentuk mutsana dari dua contoh tersebut yaitu:  عَصْوَانِ, dan فُتْيَانِ.
Adapun alif majiidah ialah alif yang ditambahkan pada isim untuk menunjukan muanats. Seperti: الحُبْلَى yang berasal dari kata الحُبْلُ.
Maka alif ini dinamakan dengan alif maqsuroh. Adapun penggambaran alif maqshurah tergantung dari asal kata pada kalimat tersebut. Apabila asal katanya 4 huruf atau lebih dan 3 huruf namun huruf aslinya huruf ي, maka digambarkan dengan huruf ى, seperti: مُسْطَفَى, مُسْتَشْفَى, الفَتَى. Dan digambarkan dengan huruf alif apabila huruf asalnya itu و, seperti: العَصَا, العَلَا, الرِبَا .
Isim maqshur terbagi menjadi 2 macam, yaitu: maqshur qiyasi dan maqshur samâi.
Dalam isim maqshur qiyasi terdapat 10 macam isim yang mu’tal akhir, yaitu:
1.       Masdar dari fiil lajim atas wazan فَعِلَ dengan dikasrohkan ainnya wazannya فَعَلٌ dengan difathahtai. Seperti: رَضِيَ رِضًا
2.       Apabila atas wazan فِعَلٍ dengan dikasrohkan fa’ fiilnya maka menjadi fathah ainnya dan merupakan jama’ dari فِعْلَةٌ dengan dikasrohkan fa’nya maka menjadi sukun ‘ainnya. Seperti:  مِرًى jamaknya مِرْيَةٌ
3.       Apabila keadaanya atas wazan فُعَلَ dengan di domah fa’nya maka menjadi fathah ‘ainnya dan merupakan jamanya فُعْلَةً dengan di domah fa’nya maka menjadi sukun ‘ainnya. Seperti: عُرًى jamaknya    عُرْوَةٌ
4.       Apabila keadaanya atas wazan فَعَلَ dengan difathah keduanya dari antara isim jinsi (isim jenis) yang menunjukan kepada banyak apabila banyak apabila kosong dari huruf ‘ta’. Seperti: حَصَاةٍ  jadi    حَصًى
5.       Isim maf’ul yang menunjukan pekerjaan yang telah lalu yang terdiri dari tiga huruf. Seperti: مُصْطَفًى
6.       Wazan مَفْعَلٌ dengan difathah mim dan ainnya yang menunjukan kepada masdar, isim jaman dan isim makan. Seperti: المَحْيَا
7.       Wazan مِفْعَلٌ dengan dikasroh mim dan ‘ain yang menunjukan isim alat. Seperti: المِكْوَى
8.       Wazan اَفْعَلُ sebagai sifat untuk menunjukan tafdzil (keutamaan) atau ghoir tafdzil (bukan keutamaan). Seperti: الاَحْوَى
9.       Jama muanats dari اَفْعِلَ untuk menunjukan tafdzil (nilai keutamaan). Seperti: الدُنْيَا
10.   Muanats dari wazan اَفْعَلَ unutk menunjukan tafdzil (nilai keutamaan) dari shahih atau mu’tal akhir.
Adapun pengharokat akhiran isim maqshur terbagi mejadi 3, yaitu:
1.       Dhomah muqodaroh, apabila dalam keadaan mafru’
2.       Fathah muqodaroh, apabila dalam keadaan manshub
3.       Kasroh muqodaroh, apabila dalam keadaan majrur.
 Isim Manqush
Isim manqush ialah isim mu’rab yang akhirnya huruf ي yang terletak setelah huruf shahih yang kasroh, seperti: القَادِى, الرَاعِى. Jika ي tersebut tidak disebut atau berharokat sukun maka bukan isim manqush, seperti: اَخِيْكَ, dan begitupula jika huruf sebelumnya tidak berharokat kasroh, maka itu bukan manqush, seperti: ظِبْيٌ.
Isim manqush jika dalam posisi marfu maka harokat akhirnya ialah dhomah muqodarroh, karena orang arab sulit untuk mengucapkannya. Dan juga jika dalam keadaan majrur maka menggunakan kasroh muqodaroh, dengan alasan yang sama. Namun apabila dalam keadaan mansub maka tetap menggunakan fathah dzohiroh.
Jika dalam keadaan nakiroh maka ya’nya dibuang, kalau keadaannya marfu dan majrur, namun jika keadaannya manshub maka ya’ tetap disebut. Dan jika dalam keadaan ma’rifat maka ya’nya tetap disebut atau ditulis namun tidak berharokat atau tidak berbunyi.
Apabila isim manqush dalam keadaan mutsana maka ya’ yang telah dibuang disebut kembali. Seperti:قَضْيَانِ
Isim Mamdud
Isim mamdud ialah isim mu’rab yang huruf akhirnya adalah huruf hamzah dan terletak setelah alif jaidah. Contoh: السَمَاءُ, الصَحْرَاءُ.
Jika sebelum hamzah itu bukan alif jaidah maka tidak bisa dikatakan isim mamdud. Seperti المَاءُ, alifnya bukan alif jaidah tapi alif pengganti, yaitu dari kata مَوَءُ, dengan alasan dilihat dari bentuk jama’nya yaitu اَمْوَاء.
Hamzah yang terdapat dalam isim mamdud terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.        hamzah asli seperti  قَرَأَ,   
2.       hamzah pengganti dari و dan ي, seperti سَمَاءُ yang berasal dari kata سَماَوُ dan بِنَاءَ yang berasal dari kata بِنَايَ.
3.       Tambahan untuk menunjukan muanats, seperti صَحْرَاءُ
4.       Tambahan untuk menunjukan jama’, seperti عَظْمَاءُ
Isim mamdud terbagi menjadi 2 bagian yaitu: isim mamdud qiyasi dan isim mamdud samâi. Adapun isim mamdud qiyasi terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1.       Masdar dari fiil majid yang huruf awalnya huruf hamzah, seperti: اَتَى اَيْتَاءُ, اَعْطَى اَعْطَاءَ
2.       Menunjukan kepada suara, yaitu bentuk masdar fiil atas wazan فَعَلَ يَفْعُلُ , seperti: رَغَا البَعِيْرُ يَرْغُوْ رُغَاءَ
3.       Masdar yang berwazan فِعَالَ, seperti: عَادًى عِدَاءَ
4.       Apabila dari isim-isim yang terdiri dari 4 huruf dan bentuk jama’nya berwazan اَفْعِلَةٌ, seperti:  رَدَاءَ اَرْدِيَةٌ, غَطَاءَ اَغْطِيَةٌ
5.       Bentuk masdar atas wazan تَفْعَالُ  atau تِفْعَالُ, seperti: مَشَى, يَمْشِى, تَمْشَاءُ
6.        Bentuk dari sifat-sifat atas wazan فَعَّالَ atau  مِفْعَالَ lil-mubalaghah. Seperti: العَدَاءِ dan المِعْطَاءِ
7.       Bentuk muanats dari kataاَفْعَلَ  yang bukan menunjukan tafdil, seperti: اَحْمَرَ menjadi  حَمْرَاءَ.
Adapun isim mamdud sama’i ialah isim mamdud yang tidak termasuk kedalam 7 jenis diatas, seperti:     الفَتَاءُ, السَنَاءُ

Tidak ada komentar: