Isim ditinjau dari segi bun-yati atau
jenis huruf terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Isim shohih akhir, dan
2.
Isim ghair shahih
Isim shohih akhir ialah isim yang seluruh
hurufnya memiliki harokat dan berbunyi secara normal, atau bisa dikatakan huruf
akhir dalam isim tersebut bukan huruf illat. Contoh: رَجُلٌ, ذَكَرٌ
Dalam isim shahih ada pula yang di sebut
dengan isim syibhu shahih akhir, yaitu apabila ada huruf illat namun
sebelumnya ada huruf yang berharokat sukun, seperti: ظِبْيٌ, هَدْيٌ.
Sedangkan isim ghair shahih akhir ialah
isim yang terdapat padanya huruf illat. Isim ghair shahih akhir terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1.
الاسم المقصور
(isim maqshur)
2.
الاسم المنقوص
(isim manqush)
3.
الاسم ممدود
(isim mamdud)
Isim Maqshur
Isim maqshur ialah semua isim mu’rob yang
huruf akhirnya adalah huruf alif laajimah ashliyah. Isim maqshur ada
yang ditulis dengan alif seperti: العَصَا, dan ada pula yang ditulis dengan ya’ seperti: مُوْسَى.
Namun alif yang terdapat dalam isim
maqshur tidak selamanya alif lajimah ashliyah, adakalanya alif tersebut alif
manqalibah (pengganti) dan kadang-kadang alif majîdah (tambahan).
Alif pengganti terbagi kepada 2, yaitu
pengganti dari و dan pengganti dari ي.
Alif pengganti dari و
digambarkan dengan ا (alif). Contoh alif
sebagai pengganti dari و: العَصَا.
Dan alif sebagai pengganti dari ي
digambarkan dengan ى. Contoh alif sebagai pengganti
dari ي : الفَتَى.
Hal ini dapat diketahui bentuk mutsana dari dua contoh tersebut
yaitu: عَصْوَانِ,
dan فُتْيَانِ.
Adapun alif majiidah ialah alif
yang ditambahkan pada isim untuk menunjukan muanats. Seperti: الحُبْلَى yang berasal dari kata الحُبْلُ.
Maka alif ini dinamakan dengan alif
maqsuroh. Adapun penggambaran alif maqshurah tergantung dari asal
kata pada kalimat tersebut. Apabila asal katanya 4 huruf atau lebih dan 3 huruf
namun huruf aslinya huruf ي, maka digambarkan dengan huruf ى,
seperti: مُسْطَفَى, مُسْتَشْفَى, الفَتَى. Dan digambarkan dengan huruf
alif apabila huruf asalnya itu و,
seperti: العَصَا, العَلَا,
الرِبَا .
Isim maqshur terbagi menjadi 2 macam, yaitu: maqshur qiyasi
dan maqshur samâi.
Dalam isim maqshur qiyasi terdapat 10
macam isim yang mu’tal akhir, yaitu:
1.
Masdar dari fiil lajim atas wazan فَعِلَ dengan dikasrohkan ainnya
wazannya فَعَلٌ dengan difathahtai. Seperti: رَضِيَ رِضًا
2.
Apabila atas wazan فِعَلٍ
dengan dikasrohkan fa’ fiilnya maka menjadi fathah ainnya dan merupakan
jama’ dari فِعْلَةٌ dengan dikasrohkan fa’nya maka menjadi sukun ‘ainnya.
Seperti: مِرًى
jamaknya مِرْيَةٌ
3.
Apabila keadaanya atas wazan فُعَلَ dengan di domah fa’nya maka menjadi fathah ‘ainnya dan
merupakan jamanya فُعْلَةً dengan di domah fa’nya maka menjadi sukun ‘ainnya. Seperti: عُرًى jamaknya عُرْوَةٌ
4.
Apabila keadaanya atas wazan فَعَلَ dengan difathah keduanya dari antara isim jinsi (isim jenis)
yang menunjukan kepada banyak apabila banyak apabila kosong dari huruf ‘ta’.
Seperti: حَصَاةٍ jadi حَصًى
5.
Isim maf’ul yang menunjukan pekerjaan yang
telah lalu yang terdiri dari tiga huruf. Seperti: مُصْطَفًى
6.
Wazan مَفْعَلٌ
dengan difathah mim dan ainnya yang menunjukan kepada masdar, isim jaman dan
isim makan. Seperti: المَحْيَا
7.
Wazan مِفْعَلٌ
dengan dikasroh mim dan ‘ain yang menunjukan isim alat. Seperti: المِكْوَى
8.
Wazan اَفْعَلُ
sebagai sifat untuk menunjukan tafdzil (keutamaan) atau ghoir tafdzil
(bukan keutamaan). Seperti: الاَحْوَى
9.
Jama muanats dari اَفْعِلَ
untuk menunjukan tafdzil (nilai keutamaan). Seperti: الدُنْيَا
10.
Muanats dari wazan اَفْعَلَ unutk menunjukan tafdzil (nilai keutamaan) dari shahih
atau mu’tal akhir.
Adapun pengharokat akhiran isim maqshur
terbagi mejadi 3, yaitu:
1.
Dhomah muqodaroh, apabila dalam keadaan mafru’
2.
Fathah muqodaroh, apabila dalam keadaan manshub
3.
Kasroh muqodaroh, apabila dalam keadaan majrur.
Isim Manqush
Isim manqush ialah isim mu’rab
yang akhirnya huruf ي
yang terletak setelah huruf shahih yang kasroh, seperti: القَادِى, الرَاعِى. Jika ي
tersebut tidak disebut atau berharokat sukun maka bukan isim manqush,
seperti: اَخِيْكَ, dan begitupula jika huruf
sebelumnya tidak berharokat kasroh, maka itu bukan manqush, seperti: ظِبْيٌ.
Isim manqush jika dalam posisi marfu maka
harokat akhirnya ialah dhomah muqodarroh, karena orang arab sulit untuk
mengucapkannya. Dan juga jika dalam keadaan majrur maka menggunakan kasroh
muqodaroh, dengan alasan yang sama. Namun apabila dalam keadaan mansub maka
tetap menggunakan fathah dzohiroh.
Jika dalam keadaan nakiroh maka ya’nya
dibuang, kalau keadaannya marfu dan majrur, namun jika keadaannya manshub maka ya’
tetap disebut. Dan jika dalam keadaan ma’rifat maka ya’nya tetap disebut atau ditulis
namun tidak berharokat atau tidak berbunyi.
Apabila isim manqush dalam keadaan mutsana
maka ya’ yang telah dibuang disebut kembali. Seperti:قَضْيَانِ
Isim Mamdud
Isim mamdud ialah isim mu’rab yang huruf
akhirnya adalah huruf hamzah dan terletak setelah alif jaidah. Contoh: السَمَاءُ, الصَحْرَاءُ.
Jika sebelum hamzah itu bukan alif jaidah
maka tidak bisa dikatakan isim mamdud. Seperti المَاءُ,
alifnya bukan alif jaidah tapi alif pengganti, yaitu dari kata مَوَءُ, dengan alasan dilihat dari
bentuk jama’nya yaitu اَمْوَاء.
Hamzah yang terdapat dalam isim mamdud terbagi
menjadi 4 macam, yaitu:
1.
hamzah asli
seperti قَرَأَ,
2.
hamzah pengganti dari و dan ي, seperti سَمَاءُ yang berasal dari kata سَماَوُ dan بِنَاءَ yang berasal dari kata بِنَايَ.
3.
Tambahan untuk menunjukan muanats, seperti صَحْرَاءُ
4.
Tambahan untuk menunjukan jama’, seperti عَظْمَاءُ
Isim mamdud terbagi menjadi 2 bagian
yaitu: isim mamdud qiyasi dan isim mamdud samâi. Adapun isim
mamdud qiyasi terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
1.
Masdar dari fiil majid yang huruf awalnya huruf
hamzah, seperti: اَتَى اَيْتَاءُ, اَعْطَى اَعْطَاءَ
2.
Menunjukan kepada suara, yaitu bentuk masdar fiil
atas wazan فَعَلَ يَفْعُلُ
,
seperti: رَغَا البَعِيْرُ يَرْغُوْ رُغَاءَ
3.
Masdar yang berwazan فِعَالَ, seperti: عَادًى عِدَاءَ
4.
Apabila dari isim-isim yang terdiri dari 4 huruf
dan bentuk jama’nya berwazan اَفْعِلَةٌ,
seperti: رَدَاءَ اَرْدِيَةٌ, غَطَاءَ اَغْطِيَةٌ
5.
Bentuk masdar atas wazan تَفْعَالُ atau تِفْعَالُ,
seperti: مَشَى, يَمْشِى, تَمْشَاءُ
6.
Bentuk dari
sifat-sifat atas wazan فَعَّالَ atau مِفْعَالَ lil-mubalaghah.
Seperti: العَدَاءِ dan المِعْطَاءِ
7.
Bentuk muanats dari kataاَفْعَلَ yang bukan menunjukan tafdil, seperti: اَحْمَرَ menjadi حَمْرَاءَ.
Adapun isim mamdud sama’i ialah isim
mamdud yang tidak termasuk kedalam 7 jenis diatas, seperti: الفَتَاءُ, السَنَاءُ